Wednesday, August 10, 2016. Kamu pernah bertemu suatu tempat untuk pertama kalinya, tapi tak merasa asing disana? Lima puluh tiga menit lagi pesawat ini akan mendarat. Bokongku sudah bosan pada bangku yang memaku selama lima belas jam ini. Mereka persis seperti pasangan yang menunggu gusar dimeja hijau, menanti ketuk palu hakim untuk mengucap selamat tinggal. Tapi lima puluh menit, bisalah hal ini aku tangani, sudah kulalui belasan jam, apalah arti puluhan menit.

TIDAK semua daerah di Indonesia tampil ke muka publik sarat akan budaya asli nan khas, sebut saja Kota Tangerang. Bagian 1 klik di sini. Bagian 2 klik di sini. Lingkungan depan Kelenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang.

Sudah sepuluh menit aku hanya memelototi tampilan yang sama di layar laptop, nama pria itu di barisan paling atas inbox. Sepuluh menit juga jari telunjukku telah bertengger di atas tombol Enter. Cukup kutekan sedikit dan aku yakin hujan ingatan akan langsung mengguyuriku. Kupandangi notifikasi email itu sekali lagi. Nya kosong, maka aku hanya bisa bertanya-tanya apa yang mau pria itu sampaikan padaku setelah setahun ini. Mungkin isi email ini permintaan .

I love writing, i love traveling, i love watching and i love bogara. Si Bayi Mulai Malas Makan. Suatu hari Bibip, pengasuh Mae menggendong anak kacang di halaman rumah. Temannya yang juga pengasuh anak tetangga sebelah bertanya begitu mengetahui Mae sudah berumur lima bulan. 8220;Dikasih makan apa di rumah? 8220;Masih ASI. Air putih udah dikasih? 8220;Belum mba, masih ASI.