Jika suatu saat engkau menjadi milikku. Bukan rencana, tetapi cita-cita. Kelak, aku ingin membangunkanmu rumah sederhana,. Kuwarnai dinsingnya dengan cinta,. Dan pondasinya, adalah ketulusan dan kesetiaan kita. Akan kubelikan kau mesin jahit,. Sembari menunggu anak kita pulang bermain,. Kau menjahit sebuah pakaian yang mampu menutupi keluarga kita,. Seperti setiap sore dilakukan ibu saat aku masih kecil dulu,.

Comments No Comments on Tentang Lari. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara membayar lunas setiap nafas yang bercampur nikotin di hari ini dan lalu. Kemudian saya berlari, iya berlari sejauh mungkin dan selama mungkin. Comments No Comments on Solilokui II. Kematian bisa seperti parit hitam. Tempat cahaya bulan menjatuhkan diri. Segala yang bergerak, berhenti. Di sini, impian kerap retak.

Ini perjalananku, kupilih sendiri persinggahanku. Kepada cemas yang acap membuatmu berdoa dan meninggalkan pesan. Kepada waktu yang kerap memaksamu menggerutu dan berlalu. Kita tak lupa untuk bertanya, pun menyapa. Atau sekadar menitipkan kebisuan di ruang-ruang kaca. Seperti cuaca, kita berusaha membaca namun lupa mengeja. Suatu waktu, akan ada percakapan yang menghapus dan mengekalkan. Sebuah sudut, Maret 2014.

Kalau tidak ada pembatas jalan di sana, dapat dipastikan bus yang saya tumpangi sore tadi akan nyungsep atau ngguling ke sungai. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Sebab bus gabungan perusahaan Edi Putra ini memang sedari awal masuk tol sudah melaju tidak sabaran. Takbir dan segala macam dzikir pecah di dalam. Satu penumpang terlempar ke sungai. Penumpang lain buru-buru turun khawatir hal yang .