Derai hujan dan kamu adalah sepasang sayap yang terbang di rimbun alis mataku. Kamu lukis pelangi, dan berjanji seperti kemarin. Tentang ketidakpastian yang indah, tentang sebuah lupa. Tapi, waktu membuatku menunggu, tanpa meragu. Entah hanya karena itu adalah kamu, atau karena aku yang terlalu. Kepada pria, dan sepasang matanya yang bernyawa. Saat itu, Bayangannya tepat berpunggungan dengan lengan bulan.

Sudah lama tak pergi ke pantai. Rindu suara ombak, bau asin, dan desir angin. Pantaiku tak berbatas, bebas memandang cakrawala. Minggu, April 28, 2013. Membawa sayap yang hampir patah dan sengsara. Tak ada batang pohon yang hangat. Bulunya meranggas oleh kemarau yang ganas. Kecuali air mata yang menetes. Tak ada air kecuali air yang menetes.

Sembari menyusun kata, mengumbar ide-ide, mengutarakan omong kosong. Beberapa orang saya tanyai tentang lagu Efek Rumah Kaca mana yang kalian suka? Hujan di Bulan Desember. Nomor inilah yang menjadi pujaan beberapa orang tersebut. Terlebih ketika sedang benar-benar hujan pada bulan Desember, ditambah kondisinya mereka sedang mendengarkan lagu itu, menurut mereka rasanya seperti sedang terbawa dalam lantunan irama lambat yang bikin. Terlebih karena di luar sedang hujan dengan derasnya.