Ada darah mengenang di sekeliling kepala mayat itu. Aku sudah membunuhnya, pikirnya. Dia menatap tubuh tak bernyawa yang terkapar di lantai itu dan seketika ide muncul di kepalanya. Harus bikin seperti perampokan, batinnya. Dia segera memakai sarung tangan. Langkah pertama hapus semua sidik jari. Sudah mau pulang mas? Jakarta, 21 .

Aku segera meloncat dari lambung kereta. Lima belas menit lagi mesin presensi kantor akan ditutup. Setengah berlari aku bergegas menuju kantor yang berjarak sekitar 300 meter dari stasiun. Aku menyeberang ke peron tiga, menghampiri kakek itu. 8220;Permisi, Kakek sedang baca berita apa? 8221; tegurku penuh santun. Dia tetap asyik membaca koran yang dipegangnya.

Setelah membuka pintu, ada sebuah kain putih menghalangi jalan kami. Jaka tersenyum semringah, senyum yang sama dan terus bertambah kadar cerianya sejak di pelaminan tadi. Lelaki bertubuh tinggi ini begitu bersemangat. Saat wajahnya akan mendekatiku, bibirnya meluncur cepat ke bibirku, aku mundur selangkah kecil.

Selamat Datang, Mari Kita Menghidupkan Waktu Dengan Membaca Cerita Fiksi di Blog Ini. 8 dari 10 perokok mengaku bahwa rokok punya teman rasanya lebih enak. 2 sisanya mengaku gak punya teman.

Aku melihatnya memandang ke arahku. Apakah ia memperhatikan aku? Atau memang ia melihat langit? Tidak Ia melihat sesuatu yang detail, dan itu aku. Aku, yang seharusnya tak dapat dilihat olehnya. Tapi, benarkah? Aku hidup lebih dari 470 abad, tapi aku tak pernah benar-benar percaya ada manusia bisa melihat bangsaku. Kau ini, lawan atau kawan? Aku, yang tercipta dari api! Tak disangk.