Welcome to my kingdom, sugar. Engkau, ilalang yang dibakar panas. Aku hujan, menyiramimu bergegas. Dan kau masih mengharap angin. Ada rumput lain yang dia cumbu. Hih, mampuslah kau yang tak tahu diri. Mati kau dibunuh mimpi! Pada 29 Juni 2012 in Ngerumpi. Lang, kaukah itu? Yang datang bersama derap hujan, pada senja kali ini.

An angel after me? Lihat profil lengkap saya.

Rabu, 29 Juli 2015. Dan senja yang jatuh kelopaknya. Jejak-jejak seperti kening bayi yang dingin. Dari tubuh yang semakin berat hasrat. Peluh di lengan pergi duluan. Kamis, 30 Oktober 2014. Di selatan beranda redup angin. Bincang bincang kecil yang tak hanya.

Semakin jauh kau berlari dan aku melarikan diri. Semakin jauh kau berlari dan melarikan diri, semakin dekat. Kita dengan hari-hari panjang dalam sebuah cerita. Dan perjalanan hanya berbeda di beberapa baris tentang siapa yang. Saling meninggalkan, atau bagaimana kita membayangkan sebuah penghujung. Yang barangkali tak pernah benar-benar ada. Terkadang daun-daun mesti jatuh, dan setiap pertemuan.

Kepala adalah kelana dan hati titik henti. Alih-alih kutengarai sebagai sebuah diorama yang agung, hujan bulan desember menjelma sebuah pledoi kosong yang tak membela siapa-siapa kecuali mereka, para trubadur pemabuk pecandu melankoli yang menggigil dicengkram rumah tawan bernama masa lalu. Dan percayalah, hanya bersamamulah aku menemui kalah yang betah, kopi yag dingin, roman yang melankolis, sepi yang puitis, melodi tragedi yang getir, dan hujan yang lekas menepi.

Pelan-pelan terang tenggelam diujung senja, kami berdua terdiam sejenak menyambut gelap yang kemudian terjaga, ikut tersenyum bersama bintang-bintang yang sedari tadi ingin terlihat lebih terang. Aku melirik Erin tipis saja, oh tidak dia cantik sekali! Sesegera aku memalingkan wajah agar tak tersedot ke dalam sinarnya lebih dalam lagi. Kalian pasti sepakat jika tersedot dalam keindahan seperti Erin kalian tidak ingin keluar lagi. Apakah saya banyak berharap jik.

Ini perjalananku, kupilih sendiri persinggahanku. Kepada cemas yang acap membuatmu berdoa dan meninggalkan pesan. Kepada waktu yang kerap memaksamu menggerutu dan berlalu. Kita tak lupa untuk bertanya, pun menyapa. Atau sekadar menitipkan kebisuan di ruang-ruang kaca. Seperti cuaca, kita berusaha membaca namun lupa mengeja. Suatu waktu, akan ada percakapan yang menghapus dan mengekalkan. Sebuah sudut, Maret 2014.