Setiap yang bertemu pasti akan berpisah. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Akan selalu ada akhir di setiap awal. Akan selalu ada batas di setiap jarak. Apa rasanya bila ditinggal pergi? Untuk waktu yang singkat ataupun lama. Untuk jarak yang masih tertangkap mata maupun yang sudah tak terlihat. Walaupun hanya bisa dirasakan di hati. Walaupun mulut tak sehancur hati. Walaupun mata tak bisa sebasah hati. Pasti rasa sedih mampir sehari dua hari.

Ada rindu yang terlanjur menggigil mengingat pertemuan-pertemuan di ruang tanpa suara. Di Januari ini ada tubuh yang saling bersandar pada arah musim yang berbeda. Juga pada debar kita yang ternyata tak seirama. Semoga ini hanya terkaku belaka. Aku pernah memutuskan untuk tidak mencarimu lagi.

Menyalakan semangat jihad kaum Muslimin. Meneteskan air mata haru bahagia. Menggetarkan iman di dada akan kebenaran janji Nya. Bahwa Allah pasti menurunkan pertolonganNya,. Dan kegembiraan bagi orang orang Mukmin. Bahwa dunia ini hanya sementara. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik daripada permulaan.

Membayanginya pun dengan tak jelas makna. Sampai akhirnya, aku terdiam. Menatap apa saja yang ada di depan mataku. Melihatnya dengan seluas mungkin, serta membayanginya setinggi mungkin. Rupa yang tertangkap, masih tetap tidak beraturan. Paling mendekati, hanya warnanya. Seridaknya tidak separah bentuknya yang membuat siapapun yang melihatnya dibuat bingung. Tidak terasa sudah pertumbuhan anak untuk menemui gerban.