Menulis Untuk Menyelamatkan Isi Hati Dan Kepala. Ada kejanggalan yang mengganjal batinku, tapi tak bisa kuterjemahkan secara gamblang. Aku belum ingin mengambil kesimpulan dan belum tau harus menyusun prosesi apa jika itu adalah pertanda buruk. Mungkin, yang harus kusanggupi hanyalah sebuah kesiapan untuk menerima hal yang tak bisa kucegah. Apa kamu ingat ketika Hujan kala itu? Ketika kita duduk bersama berdua dalam satu bangku yg sama? Dulu, aku per.

Sebuah cerita sederhana tentang aku yang berkalung masa. Jumat, 12 September 2014. Mungkin malam memang teman yang paling setia. Malam selalu menjadi teman setia bagi siapa-siapa yang sendiri atau yang kemudian sendiri. Karena malam juga sebatang kara, seorang diri. Apakah malam sedih dirinya menjadi malam? Makassar, 12 September 2014.

Seolah-olah kita ini bukan korban sistem pendidikan cetek yang orientasinya hanya gelar, seolah kita bukan sarjana abal-abal. Perjuangan tak akan mengkhianati hasil. Masa Lalu Secangkir Kopi Bersama An.

Lu pernah sebel gak sih suka sama orang yang seharusnya gak boleh disukai sama kita. Sebel rasanya ketika gue sadar bahwa gue suka sama Lo. Perhatian hal kecil yang bikin geer. Candaan yang bikin gue senang. Bareng Lo yang bikin gue candu. Munafik rasanya jika biasa saja ketika dekat lo. Cinta sepihak yang bikin sebel. Lo nunggu dia, sedangkan gue nunggu keajaiban lo milih gue. Mustahil sih, tapi entahlah. Lo emang sulit buat gue tempuh. Teman, kala itu banyak masalah yang kita lalui.