Stories, ideas, and unspoken words. Another year has passed since the last Eid and I had to counter the annual question again from so-called relatives who are eager to see one of their insignificant beings finally conform to what the society called.

Semoga Air Asia Panjang Umuuurrr! Rejeki bisa datang dari mana saja. Ya, kalimat pepatah tersebut sangat pas untuk saya, salah satunya hubungan saya dengan Air Asia. Suatu hari di penghujung tahun 2012, teman saya datang dari Kalimantan, mengajak bertemu, dan kemudian memperkenalkan saya pada temannya lagi, yang saat itu baru pindah ke Jogja. Bekerja di Air Asia, dari Bali, Semarang, hingga akhirnya dipindahkan ke Jogja.

Dimuat di Femina 11-17 Oktober 2014. Pesawatmu boarding jam berapa? Sayup-sayup azan magrib bersahutan. Motor yang kutumpangi melaju kencang. Mau tak mau tanganku mencengkeram erat pegangan di samping kanan kiri sedelnya. Aku takut kalau-kalau terlempar ke belakang. Ah, seandainya waktu bisa melambat. Aku tak pernah menyangka sebelumnya, lelaki jambu air akan menjadi terlihat semenarik itu.

Pak Wardiman tersenyum lalu menggeser benteng dua kotak ke samping kanan, tepat satu kotak di depan raja. Bisa Bisa gumam Pak Mulyono sambil menyelipkan sebatang rokok kretek ke sela bibirnya. Sebuah mobil berhenti di depan warung. Seorang laki-laki muda turun dari mobil lalu berjalan menghampiri. Cari apa, Mas? Ada rokok, Pak? Si laki-laki muda balik bertanya. Mau rokok apa? Ini kalau mau ke Hotel Permata terus aja kan, Pak? Hotel Permata di sebelahnya tempat.