Sunday, December 22, 2013. Konon, di banyak tempat, para penonton menurut pada anjuran awal film yang mempersilakan para hadirin menyanyi Indonesia Raya sambil berdiri. Ingin sebenarnya berdiri dan menyanyi, bukan karena kualitas vokal saya baik dan saya ingin pamer, tapi saya menyukai lagu itu. Saya menghapalnya, sebagaimana saya hapal Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, meskipun saya samasekali tidak menyukai upacara bendera. Memangnya kenapa kalau Soekarno mata keranjang? .

My life is a miniature of a gigantic roller coaster. 8220;Nona, kau menunggu loket nomor enam dibuka, bukan? 8221; Seorang bapak menghampiriku. Seketika semua lamunan buyar dan aku kembali sadar. Aku masih duduk di sisi trotoar, di depan gedung tua keemasan yang sepertinya menjadi wakil matahari untuk memancarkan kilaunya yang terang benderang. 8220;Iya, apakah loketnya sudah buka? 8220;Terimakasih banyak atas informasinya. Aku mulai menempati jalur antrian.

Akan ku hidupkan lagi kamu yang mati dalam hati. Bukan agar kita bisa kembali. Namun agar aku selalu ingat sejauh mana kita pernah tertawa lepas. Sedalam apa kita pernah jatuh dalam rasa satu sama lain. Seerat apa kita pernah saling menggenggam. Agar mudah hati ini melepas. Agar tak terlalu lama aku hilang nafas. So many laugh, we share. So many times, we spend. Thank you for always here and there. Kemudian di hari-H dengan wakt.