Jogja sedang sedikit gerimis malam itu, kedai es krim di sudut jalan Suroto menjelang tutup, tapi ada saja yang memutuskan untuk tetap disitu, tiga lelaki, empat perempuan, berbincang saling bersilangan, entah topik yang mana yang menjadi utama, entah bacaan, entah menu sate kuda. Tapi seseorang berambut sepundak, lebih banyak tersenyum, duduk di paling ujung, menikmati lalu lintas obrolan. Atau entah pikirannya sedang melayang. Satu lagi lelaki siapa, entah, lupa, satu lagi adalah sedang.

Temukan larikku di antara langit memucat.

Karena kematian adalah keajaiban yang sederhana. Hai, Selamat Tinggal! Kau adalah seulas senyum yang melempar rentetan duka. Tentang kenang ketika lahir, tentang jalan setapak seiring usia, juga tentang bom waktu yang tersembunyi. Jangan berniat memiliki jika tak sanggup kehilangan, dan bahkan berpikir untuk menjadikanmu milik pun aku tidak, tapi tetap ada rasa kehilangan. Ketika malam hendak beranjak pagi, pun ketika kerlip bintang hendak memekarkan mentari, kau masih memiliki seulas s.

Bing beng bang yok kita ke bank. Bang bing bung yok kita nabung. Tang ting tung hey jangan dihitung. Tau tau kita nanti dapat untung. Anak-anak yang lahir tahun 80-90an, pasti pernah punya celengan tanah liat yang bentuknya ayam atau stroberi.

LOGO GEBYAR SAINS PENDIDIKAN BIOLOGI.

Posted by Nulis Buku Club - Surabaya. On April 19, 2012. Writing Workshop with Wahana Visi Indonesia.

Our Stories are the teller of us. Dear my one night stand. It was a hot August night, I could feel my black hair flowing with the direction of the wind as we went round the bar. We were laughing all night long. We were dancing, singing and having fun. I thought, we had a wonderful night and as I turned and saw you lying beside me, I felt a sudden flush of passion.